Pages

Subscribe:
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

1.12.2011

Wanita dan Keluarga

“Mbak, sebenarnya persoalan Mbak Vita ini klasik! Sering terjadi pada para wanita
karier. Yang berkarier dalam pekerjaan diluar rumah! Kesibukan dia menjadi sangat
menyita waktu para wanita karier ini!” Sedikit aku menghela nafas panjang. “Mbak,
kalau kita telaah lagi. Antara wanita dan pria yang melakukan sebuah pekerjaan. Saat
para lelaki melakukan pekerjaannya, atau bekerja. Mereka mempunyai tujuan.
Pertama, yang biasanya belum menikah. Maka tujuannya adalah untuk menikah.
Yang kedua, jika lelaki ini sudah menikah. Maka tujuannya adalah, memberikan
nafkah kepada keluarga. Seburuk-buruk suami, tetap suami itu ingin memberikan
nafkahnya kepada keluarganya! Tetapi, jika wanita bekerja. Biasanya yang terjadi.
Pertama, untuk wanita yang belum menikah, tujuannya adalah dua. Menabung untuk
pernikahan, atau menabung untuk urusannya sendiri. Kedua, tujuan wanita bekerja
yang mempunyai suami. Biasanya untuk membantu pemasukan keungan keluarga.
Tetapi, itupun tidak mutlak biasanya juga untuk kebutuhannya sendiri!
Tetapi, jika seorang wanita yang bekerja dengan tujuan mulia. Yaitu untuk
membantu pemasukan keuangan keluarga. Maka tujuannya jelas, bahwa keuangan
keluarga yang menjadi prioritasnya. Sehingga, keluargalah yang menjadi prioritas
pertama! Dan niat itupun tidak boleh berubah, meskipun seiring dengan apa yang
telah Mbak Vita dapatkan. Seperti halnya, karier yang terus melonjak. Tujuan awal
yang Mbak Vita inginkan, adalah sebuah kemuliaan. Seorang istri, tidak boleh
berdiam diri manakalah dia melihat keluarganya kekurangan dengan sesuatu halnya.
Seorang istri, diwajibkan untuk peka dalam urusan-urusan keluarga. Termasuk
dengan kondisi materi keluarga! Dan tujuan seorang istri dalam pekerjaannya, harus
diniatkan untuk keberhasilan dalam berkeluarga. Hingga, seharusnya. Seorang wanita
itu konsisten, atau dalam bahasa agamanya adalah Istiqomah. Terhadap niatnya.
Tidak boleh seorang istri yang bekerja dengan niat untuk keberhasilan dalam
berkeluarga. Harus menyimpang, karena keberhasilan dalam berkariernya dikantor!
Manakala keluarga lebih membutuhkan Mbak Vita. Maka tidaklah Mbak Vita
harus bingung dalam memilih. Karena tujuan Mbak Vita dalam bekerja, adalah untuk
keluarga Mbak Vita sendiri. Tidaklah lucu, saat Mbak Vita bekerja untuk keluarga.
Tetapi, keluarga yang Mbak Vita perjuangkan. Ternyata akan roboh karena tidak
adanya andil yang besar dari Mbak Vita. Nah sebuah pertanyaan, bagi Mbak Vita
kalau ingin tetap mempertahankan pekerjaan atau karier Mbak Vita. Sebenarnya,
untuk siapa Mbak Vita bekerja? Dan apa yang Mbak Vita harapkan dari hasil
pekerjaan Mbak Vita? Apakah rasa puas karena bisa mendapatkan jabatan atau
kedudukan diperusahan yang tinggi? Lalu, setelah Mbak Vita mendapatkan
kedudukan yang tinggi. Untuk apa, jika Mbak Vita sudah tidak mempunyai keluarga
lagi! Karena semua itu akan sia-sia belaka.
Dalam Islam, wanita dibolehkan bekerja. Dan tidak dikekang. Makna gender
dalam Islam pun tidak bias. Tidak seperti apa yang diperjuang oleh para feminimisme.
Karena, setiap perjuangan atau pekerjaan yang dilakukan oleh wanita-wanita muslim.
Sudah sangat jelas. Ada tujuannya. Tujuannya tetap untuk keberhasilan keluarga.
Tetapi, jika perjuangan para feminimisme yang bias gender itu. Tidak mempunyai
tujuan yang jelas, kecuali hanya egoisme dengan hawa nafsunya sendiri!
Dalam Islam, sudah jelas. Bahwa tujuan yang diharapkan oleh para wanita
muslim. Adalah untuk keluarga. Jadi keluargalah yang nomer satu. Sebuah puncak
karier yang tinggi, bagi seorang wanita. Adalah, saat mereka bisa mendidik anak-anak
mereka dengan kemuliaan akhlak bagus, akhidah yang kuat, dan kepintaran yang
membuat mereka dapat bertahan dalam kehidupannya. Sehingga tercipta keluarga
yang sangat harmonis dalam kehidupannya. Dengan kata lain, wanita itu telah
mendapatkan kesakinahan keluarga yang selalu diharap-harapkannya. Islam, tidak
memandang wanita kaya raya, tetapi keluarganya hancur berantakan. Tetapi, Islam
akan memandang seorang istri yang bisa menciptakan suasana yang hangat dalam
keluarganya. Mendidik anak-anaknya dengan perbuatan kebaikan seorang ibunya.
Itulah puncak karier yang paling tinggi. Karena sangat sulit untuk membentuk
keluarga seperti itu! Harus dengan intensif, seorang ibu menjaga anak-anaknya untuk
mencapai keluarga yang seperti kita harapkan!” Aku sedikit menarik nafas panjang.
“Bagaimana, Mbak?”

0 Komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas komentar anda

Popular Posts